Pemilik Restoran Toyojiro Tawarkan Rp 10 Juta untuk Cari Info Pelanggan yang Beri Ulasan Negatif
Font Terkecil
Font Terbesar
Sebuah restoran ramen terkenal di Tokyo, Toyojiro, baru-baru ini menjadi sorotan media setelah pemiliknya menawarkan hadiah sebesar 100.000 yen (sekitar Rp 10 juta) kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi tentang dua pelanggan yang meninggalkan ulasan negatif soal restorannya. Tawaran hadiah tersebut memicu kontroversi besar.
Ini menyusul komentar ekstrem dari pemilik restoran yang menyarankan bahwa pelanggan yang memberikan ulasan negatif harus kembali, mengubah ulasan mereka, dan memberikan ulasan positif. Namun jika tidak, maka pemilik restoran mengancam akan ada konsekuensi serius.Dalam pernyataannya yang menjadi viral dan dengan cepat menyebar di media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), pemilik Toyojiro menyatakan:
"Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah kembali, makan lagi, dan menulis ulasan yang bagus dengan foto. Saya katakan kepadanya bahwa saya tidak akan memaafkannya jika tidak, bahkan demi keselamatan keluarganya."
Selanjutnya, pemilik restoran menambahkan, "Jika dia melakukan itu, dia akan langsung dibunuh. Anak ini sangat takut. Dia benar-benar akan melakukannya, jadi sebaiknya dia kembali dan makan saja."
Pernyataan tersebut langsung mengundang kecaman luas dari pengguna media sosial, dan video pernyataan tersebut dengan cepat mendapatkan lebih dari 33 juta tampilan di X hingga Februari 2025. Banyak penggemar ramen yang kebingungannya bercampur dengan kekhawatiran atas komentar yang begitu ekstrem dari pemilik restoran tersebut.
Tawaran hadiah dan ancaman yang dibuat oleh pemilik Toyojiro jelas memicu banyak spekulasi dan protes, dengan sejumlah pihak menilai bahwa komentar tersebut jauh melampaui batas wajar. Meskipun pemilik restoran mungkin merasa bahwa ulasan negatif dapat merugikan bisnisnya, banyak yang menganggap pernyataan tersebut sangat tidak etis dan tidak pantas, bahkan bisa dianggap sebagai ancaman terhadap keselamatan pelanggan.
Banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan keheranan mereka, bertanya-tanya bagaimana sebuah restoran bisa mengeluarkan pernyataan seperti itu tentang pelanggannya. Apalagi dengan menambahkan unsur kekerasan dalam komentarnya. Beberapa bahkan mengkritik pemilik yang tampaknya tidak menerima kritik secara profesional dan memilih jalur intimidasi.
Ada juga perdebatan lebih lanjut tentang apakah pemilik restoran tersebut sengaja membuat kontroversi untuk menarik perhatian atau apakah dia memang serius dalam kata-katanya. Meski demikian, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa pernyataan tersebut telah merusak citra restoran Toyojiro, yang sebelumnya dikenal sebagai tempat ramen yang populer di Tokyo.
Fenomena ulasan online memang semakin menjadi salah satu cara penting bagi pelanggan untuk menilai sebuah bisnis, baik itu restoran, hotel, atau tempat hiburan lainnya. Ulasan negatif, meskipun tidak bisa dihindari, seringkali dapat memengaruhi reputasi bisnis, terutama bagi restoran yang bergantung pada ulasan untuk menarik pelanggan baru.
Namun, sebagian besar pengusaha, terutama di dunia kuliner, akan lebih bijaksana dalam merespons ulasan negatif dengan cara yang lebih konstruktif, seperti memperbaiki kualitas layanan atau makanan yang disajikan.
Melalui media sosial, banyak pengusaha mengelola kritik dengan membalas secara profesional atau menawarkan solusi. Sebagai contoh, beberapa restoran besar di dunia berfokus pada umpan balik pelanggan dengan cara yang positif, seperti menawarkan pengembalian uang, memberikan voucher, atau melakukan perbaikan pada aspek yang mendapat kritik. Di sisi lain, pendekatan yang diambil oleh pemilik Toyojiro justru dianggap berisiko, karena bisa mengarah pada tindakan hukum atau kerusakan lebih lanjut terhadap reputasi restoran itu sendiri.