Kecanduan Likes dan FOMO: Kenapa Kamu Harus Pikir Ulang Gunakan Sosmed?
Coba jujur deh, berapa kali kamu buka media sosial hari ini? Sekali dua kali… atau tiap lima menit sekali? Tanpa disadari, scroll-scroll santai itu bisa berubah jadi kebiasaan yang menguras waktu, energi, bahkan kesehatan mental.
Menurut data dari Datareportal tahun 2024, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 5-8 jam per hari hanya untuk bersosial media. Itu belum termasuk waktu buat ngecek notifikasi atau sekadar buka-buka tanpa tujuan.
Yang lebih mengkhawatirkan, kecanduan ini sering kali dibarengi dengan tekanan sosial seperti harus selalu update, pengen dapet likes banyak, atau takut ketinggalan berita alias FOMO (Fear of Missing Out).
Akibatnya, banyak orang jadi cemas, gampang stres, bahkan merasa kurang percaya diri hanya karena membandingkan hidupnya dengan apa yang dilihat di layar. Nah, kalau kamu mulai ngerasa media sosial lebih banyak nguras energi daripada memberi manfaat, mungkin ini saat yang pas buat ambil jeda dan pikir ulang cara kamu menggunakannya.
Kenapa Ini Bisa Terjadi?
Setiap kali kamu dapet like atau komentar, otakmu ngeluarin dopamin—hormon "senang" yang bikin kamu nagih pengen dapet validasi lagi dan lagi. Lama-lama, tanpa sadar kamu jadi ngehubungin harga diri sama jumlah likes.
Sementara itu, FOMO bikin kamu ngerasa harus selalu update, selalu ikut tren, dan selalu tahu apa yang orang lain lakukan. Akibatnya? Kamu bisa ngerasa rendah diri, cemas, bahkan stres cuma karena hidupmu nggak “se-wow” orang lain di timeline.
Tapi Sebenarnya... Sosmed Itu Nggak Sepenuhnya Real.
Kebanyakan orang hanya nunjukin highlight hidup mereka. Jarang banget yang posting saat mereka gagal, stres, atau capek. Jadi, membandingkan hidup kamu sama feed orang lain itu ibarat bandingin behind the scenes sama trailer film—nggak adil banget, kan?
✅ 5 Solusi untuk Mengatasi Kecanduan Sosial Media
1. Atur Waktu Khusus untuk Akses Sosmed
Coba tetapkan jam-jam tertentu untuk buka media sosial, misalnya hanya 30 menit di pagi hari dan 30 menit di sore hari. Jangan buka sosmed pas bangun tidur atau sebelum tidur ini dua waktu paling rentan bikin kamu kecanduan tanpa sadar.
2. Matikan Notifikasi yang Nggak Penting
Notifikasi itu seperti panggilan darurat palsu yang bikin kamu terus-terusan ngecek HP. Matikan notifikasi dari aplikasi yang nggak penting supaya kamu bisa lebih fokus sama kegiatan nyata di sekitarmu.
3. Unfollow atau Mute Akun yang Bikin Insecure
Nggak semua akun bikin kamu termotivasi ada juga yang justru bikin kamu ngerasa nggak cukup. Kalau ada akun yang bikin kamu banding-bandingin diri terus, jangan ragu buat unfollow atau mute. Jaga kesehatan mentalmu, ya!
4. Cari Aktivitas Pengganti yang Bikin Happy
Alihkan waktu scroll-scroll ke hal-hal yang bikin kamu lebih “hidup”: baca buku, olahraga, journaling, atau ngobrol langsung sama teman. Aktivitas ini bisa ngasih efek senang yang lebih awet daripada sekadar likes.
5. Coba Digital Detox Sekali Seminggu
Luangkan satu hari tanpa media sosial. Awalnya mungkin gelisah, tapi lama-lama kamu akan sadar kalau dunia nyata ternyata jauh lebih seru dan nggak se-toxic itu. Gunakan waktu ini buat reconnect sama diri sendiri dan orang terdekat.
Saatnya Ambil Kendali Lagi.
Kamu nggak harus langsung hapus semua akun. Tapi, mulai bisa dari hal kecil: kurangi waktu layar, unfollow akun yang bikin kamu insecure, dan cari aktivitas offline yang bikin kamu happy.
Yuk, mulai pikir ulang cara kamu pakai media sosial. Jangan sampai hidup kamu dikendalikan notifikasi dan angka likes. Kamu jauh lebih berharga dari itu!
Penutup
Kecanduan sosmed bukan cuma soal waktu yang kebuang, tapi juga soal bagaimana kita melihat diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Terjebak dalam lingkaran likes dan FOMO bisa bikin kita lupa bahwa kehidupan yang paling berharga adalah yang sedang kita jalani—bukan yang ditampilkan di layar.
Dengan mulai menerapkan langkah-langkah kecil seperti mengatur waktu, menyaring konten, dan mencoba digital detox, kamu bisa punya hubungan yang lebih sehat dengan media sosial. Ingat, sosmed seharusnya jadi alat bantu, bukan alat kendali. Kamu yang pegang kendali atas hidupmu, bukan algoritma.