Tiga Insiden Kebakaran di Kilang Pertamina: Selalu Akibat Petir?

TEMPO.CO, Jakarta -Untuk kesekian kalinya, kebakaran kembali terjadi di kilang milik PT Pertamina (Persero). Kali ini, si jago merah membakar tangki 36T-102 yang berisi Pertalite di kilang refinery unit atau RU IV Cilacap, Jawa Tengah, pada Sabtu malam, pukul 19.20 WIB, 13 November 2021.

Api baru bisa dipadamkan total pada Minggu pagi, pukul 7.45 WIB, 14 November 2021, atau 12 jam lebih setelah terbakar. “Semua telah padam, dan kami telah nyatakan aman, itu pada pukul 9.15,” kata Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono dalam konferensi pers virtual, pada hari yang sama.

Ini adalah kejadian kebakaran ketiga kalinya pada tahun ini di kilang Pertamina. Salah satu dugaan kuat penyebab kebakaran ini adalah karena sambaran petir. Lalu apakah semuanya terjadi karena petir?

1. Kebakaran di Kilang Balongan

Kejadian pertama di tahun ini terjadi Senin dini hari, pukul 00.45 WIB, 29 Maret 2021, kebakaran terjadi di tangki T-301G di Kilang RU VI Balongan, yang berlokasi di Desa Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Saat kejadian, warga sempat dua kali ledakan hingga melihat langit Indramayu menjadi merah.

Akibat kejadian ini, empat warga yang secara kebetulan melihat di lokasi menjadi korban luka bakar dan ditangani di RSUD Indramayu. Saat itu, sebanyak 950 warga mengungusi ke tiga lokasi penampungan yaitu Pendopo Kabupaten Indramayu, GOR Perumahan Bumi Patra, dan Islamic Center Indramayu.

Pertamina mencatat ada 4 dari 72 tangki yang terkena dampak kebakaran. Keempat tangki ini punya kapasitas 100 ribu kiloliter atau 7 persen dari total kapasitas penyimpanan di kilang Balongan yang mencapai 1,35 juta kiloliter.

1234 Selanjutnya

Tapi akibat kejadian ini, Pertamina harus melakukan normal shutdown untuk mengendalikan arus minyak dan mencegah perluasan kebakaran. Api baru bisa dipadamkan total pada Rabu siang, pukul 14.35 WIB atau 62 jam lebih usai kejadian.

Pertamina baru membuka hasil investigasi atas insiden kebakaran di kilang Balongan ini pada 29 September atau enam bulan setelah kejadian. Kepada Komisi Energi DPR, Pertamina menyebut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG telah mengubah laporan mereka soal petir di hari insiden tersebut. “Semula dia nyatakan tidak ada (petir), tapi lakukan revisi,” kata Djoko, dalam rapat di Gedung DPR, Jakarta.

Djoko menyebut awalnya BMKG menerbitkan laporan pada 31 Maret 2021, atau dua hari sejak kebakaran muncul. Tapi kemudian laporan itu diubah pada 1 April 2021 dalam laporan ME.02.03/379/KLEM/III/2021.

Dalam laporan revisi tersebut, Djoko menyebut bahwa BMKG membenarkan bahwa terdapat awan Culumus. Awan itu muncul pada saat kejadian, Minggu malam, 23.OO WIB sampai Senin dini hari, 01.00 WIB. “Serta terjadi sambaran petir dalam radius 17 km dari area Kilang Balongan,” kata dia.

Padahal di hari kejadian, BMKG sebenarnya sudah langsung menerbitkan rilis sehari usai kejadian kebakaran. BMKG telah mencatat hasil pantauan berdasarkan alat monitoring lightning detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 WIB sampai 02.00 WIB.

“Tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah Kilang minyak Balongan Indramayu,” kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, BMKG, Rahmat Triyono, dalam di situs resmi BMKG. Ditanya soal perubahan laporan ini, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati belum memberikan respons.

Sebelumnya 1234 Selanjutnya

2. Kebakaran di Kilang Cilacap

Pada Jumat malam, pukul 19.45 WIB, 11 Juni 2021, kebakaran terjadi di sekitar tangki 39 T205 di area tangki 39, tepatnya di bundwall atau semacam tanggul di luar tangki di kilang Cilacap. Kemudian muncul juga satu titik api di outlet Nozzle di tangki 39 T 203.

Pukul 20.40 WIB, Pertamina bisa mengendalikan kebakaran yang ada di tangki. Tapi di jam tersebut, api masih menyala di bundwall. Lantaran saat kejadian benzene yang ada di dalam Tangki T39 sempat keluar dan akhirnya terjadi kebakaran di luar tangki.

Api pun baru bisa dipadamkan total dua hari kemudian, tepatnya Minggu, 13 Juni, pukul 10.50 WIB. “Keberhasilan ini merupakan kerja keras para perwira Pertamina selama kurang dari 40 jam, sejak insiden kebakaran tangki berisi benzene itu terjadi,” kata Djoko, saat itu.

Saat kejadian, sejumlah warganet melaporkan saat terjadi kebakaran, sedang ada petir di lokasi. Tapi sampai hari ini, Pertamina belum membuka hasil investigasi lengkap penyebab kejadian ini.

Sebelumnya 1234 Selanjutnya

3. Kebakaran Lagi di Kilang Cilacap

Dalam kebakaran yang terjadi pada Sabtu, 13 November 2021, Pertamina menyebut ada 80 warga yang dievakuasi. Mereka dievakuasi di dua lokasi yaitu aula Kelurahan Lomanis dan Masjid Baitul Munir yang sama-sama berada di Kelurahan Lomanis, Cilacap. “Saat ini seluruhnhya telah kembali ke rumah masing-masing,” kata Djoko.

Saat insiden terjadi, area kilang diguyur hujan lebat disertai petir. Tapi, Pertamina belum menyimpulkan penyebab sebenarnya dari kebakaran ini. “Kami akan melakukan investigasi lebih lanjut tentang kejadian ini,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam konferensi pers virtual pada 14 November 2021.

Tapi saat ditanya mengapa tangki Pertamina rawan terbakar akibat petir, Sekretaris Perusahaan Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya menyebut saat ini terjadi perubahan perilaku petir. “Di mana intensitas petir cukup tinggi,” kata dia.

Sementara itu, BMKG pun mengidentifikasi dua sambaran petir pada pukul 18.00 sampai 19.30 WIB. Menurut BMKG, sambaran petir terdekat dengan kilang terjadi pada pukul 18.47 WIB (kordinat 7.67942574 LS, 109.1110952 BT).

“Dengan jarak kurang lebih 12 kilometer sebelah timur laut kilang,” tulis BMKG dalam keterangan tertulis merespon kebakaran ini, Minggu, 14 November 2021.

BMKG menerima informasi bahwa kebakaran tangki di kilang, terjadi di sekitar Kelurahan Donan, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. Sementara, sambaran petir sudah masuk ke Kecamatan Adipala, Cilacap.

Sementara untuk peristiwa sambaran petir kedua terjadi pukul 19.23 WIB (koordinat 7.437264713 LS, 108.7736507 BT). Lokasinya bahkan lebih jauh lagi yaitu di di Kecamatan Sidareja, Cilacap, dengan jarak kurang lebih 43 km barat laut dari kilang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *